Saturday 31 October 2015

4 : Only Because It's You

Pesan dari penulis: Aku akan mengupdate jika aku punya waktu jadi terima kasih pada semua pembaca untuk bersabar dalam menunggunya. Tolong tinggalkan komentar untuk meberitahuku bagaimana pendapatmu dengan ceritaku.
Terima kasih! ~Jae


“Ini sudah waktunya. Berhentilah berdandan dan cepatlah turun.” Knott berteriak kepadaku melalui telepon sebelum dia mematikannya, dan tidak memberiku kesempatan untuk menjawab.

“Brengsek.” Aku mengoceh sambil memasukkan handphoneku kedalam kantung saku jaketku. Sekali lagi aku melihat cermin, aku menghela nafas saat aku mengusap rambutku. Ini tidak akan bisa membuatku terlihat seksi seperti P’Phun, tidak peduli berapa kalipun aku merapikan rambutku. “Inilah yang terbaik yang bisa aku dapat.”
Aku mengambil dompetku dan kunciku di meja, kumasukkan kedalam kocekku sambil menutup pintu kamar  dan pergi. Saat aku berjalan menuruni tangga, aku berteriak pada ibuku. “Aku pergi.”
“Iya. Hati-hati dan beri tahu aku jika kau akan pulang malam.” Suaranya terdengar jelas dari ruang tamu, aku bisa melihatnya sedang menatap laptopnya. Dia mengetik kata terakhir dan setelah itu dia berbalik dan tersenyum. “Kau kelihatan rapi. Apa kau akan pergi bersama Mawin?”
“Knott juga ibu.” Sambil menganggkat kedua tanganku, ku lambaikan tanganku ketika aku keluar. “Da, Bu!”
“Da!” Aku mendengarnya membalasku saat aku sedang mengenangan sepatuku. Saat aku di dekat pagar, Knott sedang bersandar malas di pagar sambil berbicara dengan Win. Win memiliki tubuh yang kecil sehingga Knott menutupinya dengan badan besarnya.
Saat aku ingin memanggil mereka, Knott bergeser ke kanan dan Win memberiku senyuman saat dia melihatku. Aku merasa seperti ada sesuatu padaku dan itu membuatku berhenti saat aku melihat senyumannya. Dia terlalu manis tapi dia tidak mengenakan apapun yang membuat dia terlihat manis, hanya celana jeans, kaos putih dan sebuah jaket berbahan jeans. Masih menjadi sebuah misteri untukku kenapa dia masih belum memiliki seorang pacar.
“Per!” Matanya menatapku dan senyuman semakin lebar.
“Kau lama sekali, Putri.” Knott berbalik sambil tersenyum bodoh padaku.
“Brengsek!” Aku berpura-pura merapikan kerah jaketku. “ Membutuhkan waktu untuk bisa terlihat setampan ini.”
“Tampan? Serius.” Knott mengarahkan jempolnya ke arah bahunya. “Win terlihat lebih tampan darimu tanpa harus mencoba sepertimu.”
“Aku tidak yakin.” Win menghela nafas karena merasa tidak nyaman dengan pujian yang ia terima, dan matanya terlihat sedih.
Aku berjalan ke arah pagar, Ku rangkul dia dan ku belai rambutnya. “Oh benarkah. Membandingkanku dengan seorang pria yang manis seperti malaikat ini. Tentu, aku terlihat seperti troll.”
“Aku hampir mirip dengan malaikat dan kau tidak terlihat sepeti troll, Per.” Win menyikuku dan melihat ke arah rumahnya. “Bisa kita pergi sekarang?
“Ya, tentu saja.” Aku tidak yakin bagaimana Win bisa mendapat ijin untuk keluar rumah malam ini dan aku tidak akan menanyakannya. Memang sebaiknya kita pergi dari sini sebelum ada seseorang yang mengubah pikirannya, keluar sambil berteriak dan pergi untuk menyuruh Win pulang. Ku tarik Win bersamaku, ku dorong Knott agar dia berjalan. “Ayo kita pergi bersenang-senang.”
…………………………………………..
…………………………………
………………………
……………
.
Ketika tadi aku bilang Win itu manis, ternyata bukan hanya aku yang berfikir seperti itu. Kami sudah berada di café yang ada di luar ruangan selama 2 jam dan hampir semua mata wanita tertuju padanya. Beberapa dari mereka ada yang melambaikan tangan padanya, tertawa dan berbisik dibalik tangan mereka.
Tapi tidak ada yang bisa menarik perhatiannya. Dia hanya tersenyum dari tempat duduknya dan semuanya hanya lewat, mungkin karena dia terlalu malu untuk mengatakan sesuatu. Dia hanya memilih berdiam disampingku, dan memandangiku sesekali. Knott ada disampingku, duduk bersandar santai di kursinya dan mengeleng-gelengkan kepalanya saat mendengarkan musik.
“Kita akan membantu Win untuk mencarikan dia seorang wanitakan.” Knott terlihat senang dengan ini, dan berbisik padaku. “Maksudnya menjadi penjaga, iakan? Baiklah, aku pikir kita tidak akan terlihat. Dan bahkan dia membuat kita seperti itu.”
“Siapa yang tahu dia bisa menjadi sepopuler ini?” Aku bergumam lagi saat aku melihat ada 2 orang wanita yang datang mencoba mendekati kami. Mereka sangat hebat memainkan mata, sangat cantik, dan sangat besar. Keduanya mengkedipkan mata pada Win seperti dia adalah permen terakhir yang ada di sebuah toples permen.
“Hi,P’Per.” Salah satu darinya yang berambut coklat dengan rambutnya yang diikat seperti ekor kuda pony menyapaku, matanya terpaku pada wajah Win saat dia menjilat bibirnya. “Bisa kau perkenalkan kami dengan temanmu ini?”
Aku bisa melihatnya mendekati Win dan berusaha menggenggam lengannya bermaksud untuk mengenalkan dirinya. Sebelum dia bisa meraihnya, aku berjalan kedepan Win. Mendapat harapan kosong dia mencemberutkan bibirnya, dan tidak lama, dia kembali tersenyum kepadaku. Target baru ditemukan, target selanjutnya siap di …. Aku tidak bisa begitu membantu karena aku begitu menganggap kalau ini adalah sebuah hiburan yang menyenangkannya. “Hi, Cherry.” Aku juga melambaikan tanganku yang satunya kepada wanita yang berada disampingnya. “Hi, Ann. Kalian berdua terlihat begitu cantik malam ini.”
“Bukankah kami selalu seperti ini?” Ann, berbicara dengan nada tingginya. Sambil mengelus rambut lembutnya ia berkata “P’Per, siapa temanmu itu?”
“Ini temanku, Knott.” Ku tarik tangan Knott dan mendorongnya ke arah mereka, menambah sebuah tembok untuk menghalangi Win. Win tidak akan bisa menangani mereka berdua. Aku menatap Knott dan dia juga menatapku kembali dan mengangguk kepadaku, memberi kode kalau dia mengerti maksud dari perbuatanku. “Hei, Knott. Ini Nong Cherry dan Nong Ann.”
“Uhm, Hi P’Knott.” Mereka menjawab bersamaan dengan senyuman seksi mereka. Syukurlah kalau Knott memili tampang yang lumayan, cukup untuk menarik perhatian mereka.
 “Halo.” Sambil mengelus matanya, Knott menggenggam tangannya sendiri seperti JYJ’s Song, Bak Seat, mulai dimainkan. “Apa kau mau menari denganku?”
Nong Ann dengan senang hati mengambil umpannya dan langsung pergi bersama temanku. Satu sudah kalah; tinggal satu lagi. Ini benar-benar tidak seperti yang aku banyangkan kalau dia tidak bisa menarik perhatian kedua wanita ini. Nong Cherry menyelit dari samping tubuhkan dan mencoba mendekat kepada Win. “P’Per kau masih belum mengenalkanku pada temanmu yang satu ini.”
“Ini P’Win.” Aku menjawabnya dengan sebuah helaan nafas, karena ini tidak bisa dielakkan lagi. “Win, ini Nong Cherry. Dia bersekolah di asrama wanita.”
Mereka saling menyapa, Win semakin menjadi canggung lalu wanita itu dengan cepat menyambar lengan bawah Win. Dia memberiku tatapan panik dan ini akan menjadi sulit jika tidak ada yang melepaskannya dari genggaman Cherry, tapi ini bukan orang lain. Inilah Winnie. Dia sudah cukup mendapat hal buruk dalam hidupnya dan dia tidak butuh hal menyeramkan seperti ini. Aku mencoba untuk mengorbankan diriku, suara kucing terdengar di Handphone Cherry. Ringtone macam apa itu?? Setelah percakapan yang cukup berat Cherry, setelah itu dia mematikan handphonenya dengan cepat dia berjalan menuju ke arah Ann dan menariknya keluar dari restoran tanpa satu patah katapun. Rupanya, ada yang lupa dengan rencananya dengan orangtua mereka untuk pergi.
Aku dan Win saling menatap, lalu kami tertawa terbahak-bahak.
Aku merasa lega setelah itu terjadi, tetapi semakin banyak wanita yang datang mendekati kami. Tapi aku bersyukur karena kebanyakan wanita yang datang adalah wanita yang baik dan ramah. Karena ada sebuah pesta yang diadakan di tengah-tengah restoran, semua orang berhamburan dari tempat duduknya.
Aku berdiri disampingnya, aku merasa semakin tidak dibutuhkan saat Win mulai merasa rileks. Dengan kemanisan wajahnya, wanita disini secara natural tertarik ke arahnya. Aku menarik diriku dari Win, dan bersandar didinding, melihat Win menebarkan pesonanya dan itu membuat aku merasa gelisah. Tawa mereka lama-kemalamaan membuat aku merasa risih.
“Bro, ada apa? Kau akan membuat semua wanita disini ketakutan dengan wajah cemberut.” Knott langsung memukul kepalaku.
“Tidak.” Aku berdiri tegak dan melihat keadaan sekitar. “Aku akan pergi dulu, tolong perhatikan keadaan sekitar.”
“Kau meninggalkanku dengan Priamu di dalam keramaian seperti ini?” Knott mengkomplainku.
“Dia bisa menanganinya tenang saja.” Aku menatap kearah Win, dia tidak menyadari kepergianku. Wanita yang berada didekatnya membuat ia tidak menyadari keadaanku. “Aku tidak diperlukan disini. Lagi pula kau ada disini.” Sambil menepuk bahunya, aku mengkedipkan mataku padanya dan langsung pergi. Di sisi lain dari panggung, aku melewati seorang gadis yang cantik hanya berdiri sendirian di sana. Aku langsung tersenyum manis padanya saat dia menatapku.
“Permisi. Apa kau tidak keberatan kalau aku bergabung?” Dia hanya diam saja, dia terlihat bingung karena kedatanganku yang tiba-tiba. “Gadis cantik sepertimu tidak seharusnya berdiri sendirian disini. Kau tidak akan tau jika ada pria yang akan berbuat jahat padamu. Apa kau mau aku temani? Aku Per.”
“Masalah?” Dia melihat kesekelilingnya dengan hati-hati dan dia belihat beberapa pria di sekitarnya. Ketika mereka melambaikan tangan kepadanya dengan segera ia berbalik ke arahku lagi. Setelah dia menatapku dan melihat sedikit ke arah bahunya, dia memberikanku senyuman bodoh. Itu kunilai lebih mirip seperti seorang setan kecil, tapi itu tidak masalah. “Salam kenal. Namaku Rose.”
“Nama yang bagus. Itu cocok padamu.” Ku tarik sebuah kursi yang ada disampingku. “Keberatan jika aku duduk disini.” Dia mengangguk padaku jadi aku duduk disampingnya dan mulai berbicara. Saat berbicara aku baru mengadari kalau kami seumuran dan dia adalah seorang murid di sekolah internasional.  Pembicaraan kami menjadi semakin menarik saat kami saling berbagi cerita tentang sekolah kami dan itu membuat kami tertawa kecil. Kami melanjutkan pembicaraan kami dengan game siapa yang punya gosip terbaik. Dan kami mulai duduk lebih dekat agar bisa saling mendengarkan dengan baik.
“Apa kau serius?” Dia terlihat terkejut.
“Itulah yang mereka katakan. Ada banyak sekali video tentang seorang wanita yang berkencan dengan banyak pria dari sekolahku. Aku merasa kasihan dengan pria yang pernah berkencan dengannya.” Ia menganggukkan kelapanya, dan meminim minumannya. “Jadi, bisakah kau membuat itu menjadi berita terpoluler?”
“Mungkin. Bagaimana kalau tentang cinta segitiga disekolahku?” Aku beruhasa untuk memberinya rumor terbaik jadi aku mulai dari klubku. Ada sesuatu yang berbeda terjadi diantara teman-temanku.
“Tidakkah kau bilang kau dari Friday, semuanya priakan?”
“Ya.” Matanya mulai menyipit mendengar perkataanku. “Jika ada seorang wanita diantara mereka, aku pikir kau seharusnya menyebut itu cinta pentagon.”
“Wow. Aku pikir kau akan menang dengan yang satu ini.”
Sebuah tangan besar tiba-tiba menghempas meja diantara kami dan aku beranjak dari mejaku. Mataku tertuju pada tangan yang besar itu dan tangan itu benar-benar lebih besar dari miliku. Lalu tangan yang sama mendorongku menjauh dari Rose, dan hampir saja mendorongku jatuh kelantai.
“Apa yang kau perbuat dengan pacarku?” Dia meneriaku dengan nada baritonenya.
“Kami hanya berbicara.” Sambil mengapai tangan pria itu, Rose mencoba untuk menenangkannya. “Dia hanya mencoba untuk menemaniku ketika aku sedang menunggumu dan kau terlambat..”
“Dia itu suka padamu.” Gorilla itu mulai berteriak padaku. “Biar kupukul dia.”
“Tenang bro. Kami hanya berbicara.” Aku berbicara sambil mengangkat tanganku, tapi dia tetap saja bersikeras untuk menyalahkanku.
“Sialkau. Aku tau apa yang aku lihat.” Dengan mudah dia melepaskan genggaman Rose dan mulai mendekatiku. Sambil menurunkan tanganku, Aku mencoba untuk menjauh, bersiap untuk berlari.
“Per…” Win dengan cepat memanggilku dan dengan lembut memeluk tanganku. “Bisa kita pulang sekarang? Aku lelah.”
Dan sekejap itu membuat dia menjadi tenang dan mulai menurunkan tangannya. Ini membutuhkan waktu untuk membuat mereka mengerti apa maksud Win, dan Win sangat hebat dalam berakting.
“Oh, maafkan aku. Aku tidak tau kau sedang ada urusan.”
“Jangan khawatir Winnie. Kita bisa pulang sekarang kalau kau mau.” Jika kami melakukan ini mungkin ini bisa membuat dia berhenti, dan aku berharap tidak ada satupun yang melihat dan memperhatikan kami. “Apa kau tidak keberatan jika aku pergi? Aku harus mengantarnya pulang.”
“Tidak, tidak. Kau boleh pergi. Maaf aku sudah salahpaham. Aku tidak mengira kau sudah memiliki seseorang.” Win tersenyum padanya dan aku bisa melihat pria itu tertegun. Kekuatan dari wajah manisnya Win bisa mempengaruhi pria dan wanita tanpa pengecualian. Aku mencoba untuk menahan tawaku. Pacarnya Rose terlihat bingung dan menggosok-gosok kepalanya. “Terima kasih kau sudah menjaga pacarku saat aku datang terlambat.”
“Terserah.” Sungguh tidak ada ada lagi yang bisa aku lakukan dengannya, ku tarik Win dan pergi. “Sungguh menyenangkan berbicara padamu. Semoga kita bertemu lagi. Selamat malam.”
“Aku juga senang. Malam, Per.” Sambil tertawa, Rose melambaikan tangan ke Win. Aku tidak tau apa dia itu menyukai kami atau suka dengan percintaan pria atau apapun itu aku tidak peduli. Saat kami sudah diliuar, aku bisa melihat Knott mengikuti kami dari belakang dan tertawa. Dia melihat apa yang kami lakukan dan aku tidak mau mendengarkan komentar darinya.
“Pria itu benar-benar besar. Untung saja pacarpriamu menjemputmu, Romeo, atau tidak kau akan hilang dan tak tersisa.” Sambil tertawa dia pergi masuk ketaksi meninggal kami berdua. “Sampai bertemu di sekolah. Hati-hati dijalan saat kau mengantar istrimu.”
“Apa kita harus naik taksi juga?” Win bertanya padaku.
“Kita jalan dulu.”
Win berjalan mengikutiku tanpa protes dan tidak berbicara sama sekali, hanya menatap setiap langkahku. Dan itu membuatku membayangkan banyak hal.
“Kau benar-benar menghancurkan reputasiku.” Kata-kata kasar keluar begitu saja dari mulutku bersamaan dengan kebodohanku. Reputasi apa? Aku seharusnya sadar kalau dia sudah menolongku. Aku akan habis jika dia tidak datang menolongku. Tapi aku sudah mengatakan semuanya, dan aku tidak bisa menariknya kembali.
“Maaf, aku tidak tau apa lagi yang harus aku lakukan saat itu. Aku tidak bisa membiarkan dia menyakitimu.” Mata Win menggelap dan dia ketakutan, tiba-tiba aku merasakan getaran dari tangan kami yang masih saling berpegangan, dan aku baru sadar kalau kami masih saling berpegangan tangan. Aku menyadari keadaain ini bisa membuatku untuk mendekapnya lebih dekat dan ku peluk dia, ku usap kepalanya dengan tanganku.
“Tidak, Winnie. Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku berkata seperti itu.”  Sambil menepuk kepalanya, aku merasa tenang. “Terima kasih sudah menyelamatkanku.”
“Apa gunanya teman?” Dia mendorongku dan memberiku senyuman hangat.

Teman. Sesungguhnya aku tidak tau apa yang harus aku lakukan jika tidak ada Win di dalam hidupku dan aku tidak mau mencari tahu. Dia bukan hanya sekedar temanku. Dialah teman baikku, dialah orang yang bsia kupercaya, dia dalah bagian dalam duniaku.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa memberi komentar, like dan subcribe.
Evansawadee

No comments:

Post a Comment