Pesan dari penulis: Aku akan
mengupdate jika aku punya waktu jadi terima kasih pada semua pembaca untuk
bersabar dalam menunggunya. Tolong tinggalkan komentar untuk meberitahuku
bagaimana pendapatmu dengan ceritaku.
Terima kasih! ~Jae
Terima kasih! ~Jae
“Ini sudah waktunya.
Berhentilah berdandan dan cepatlah turun.” Knott berteriak kepadaku
melalui telepon sebelum dia mematikannya, dan tidak memberiku kesempatan untuk
menjawab.
“Brengsek.” Aku
mengoceh sambil memasukkan handphoneku kedalam kantung saku jaketku. Sekali
lagi aku melihat cermin, aku menghela nafas saat aku mengusap rambutku. Ini
tidak akan bisa membuatku terlihat seksi seperti P’Phun, tidak peduli berapa
kalipun aku merapikan rambutku. “Inilah yang terbaik yang bisa aku dapat.”
Aku mengambil dompetku dan kunciku di meja,
kumasukkan kedalam kocekku sambil menutup pintu kamar dan pergi. Saat aku berjalan menuruni tangga,
aku berteriak pada ibuku. “Aku pergi.”
“Iya. Hati-hati dan beri tahu aku jika kau
akan pulang malam.” Suaranya terdengar jelas dari ruang tamu, aku bisa
melihatnya sedang menatap laptopnya. Dia mengetik kata terakhir dan setelah itu
dia berbalik dan tersenyum. “Kau kelihatan rapi. Apa kau akan pergi bersama
Mawin?”
“Knott juga ibu.” Sambil menganggkat kedua
tanganku, ku lambaikan tanganku ketika aku keluar. “Da, Bu!”
“Da!” Aku mendengarnya membalasku saat aku
sedang mengenangan sepatuku. Saat aku di dekat pagar, Knott sedang bersandar
malas di pagar sambil berbicara dengan Win. Win memiliki tubuh yang kecil
sehingga Knott menutupinya dengan badan besarnya.
Saat aku ingin memanggil mereka, Knott
bergeser ke kanan dan Win memberiku senyuman saat dia melihatku. Aku merasa
seperti ada sesuatu padaku dan itu membuatku berhenti saat aku melihat
senyumannya. Dia terlalu manis tapi dia tidak mengenakan apapun yang membuat dia terlihat
manis, hanya celana jeans, kaos putih dan sebuah jaket berbahan jeans. Masih
menjadi sebuah misteri untukku kenapa dia masih belum memiliki seorang pacar.
“Per!” Matanya menatapku dan senyuman semakin
lebar.
“Kau lama sekali, Putri.” Knott berbalik
sambil tersenyum bodoh padaku.
“Brengsek!” Aku berpura-pura merapikan kerah
jaketku. “ Membutuhkan waktu untuk bisa terlihat setampan ini.”
“Tampan? Serius.” Knott mengarahkan jempolnya
ke arah bahunya. “Win terlihat lebih tampan darimu tanpa harus mencoba
sepertimu.”
“Aku tidak yakin.” Win menghela nafas karena
merasa tidak nyaman dengan pujian yang ia terima, dan matanya terlihat sedih.
Aku berjalan ke arah pagar, Ku rangkul dia
dan ku belai rambutnya. “Oh benarkah. Membandingkanku dengan seorang pria yang
manis seperti malaikat ini. Tentu, aku terlihat seperti troll.”
“Aku hampir mirip dengan malaikat dan kau
tidak terlihat sepeti troll, Per.” Win menyikuku dan melihat ke arah rumahnya.
“Bisa kita pergi sekarang?
“Ya, tentu saja.” Aku tidak yakin bagaimana
Win bisa mendapat ijin untuk keluar rumah malam ini dan aku tidak akan
menanyakannya. Memang sebaiknya kita pergi dari sini sebelum ada
seseorang yang mengubah pikirannya, keluar sambil berteriak dan pergi untuk
menyuruh Win pulang. Ku tarik Win bersamaku, ku dorong Knott agar dia berjalan.
“Ayo kita pergi bersenang-senang.”
…………………………………………..
…………………………………
………………………
……………
…
.
Ketika tadi aku bilang Win itu
manis, ternyata bukan hanya aku yang berfikir seperti itu. Kami sudah berada di
café yang ada di luar ruangan selama 2 jam dan hampir semua mata wanita tertuju
padanya. Beberapa dari mereka ada yang melambaikan tangan padanya, tertawa dan
berbisik dibalik tangan mereka.
Tapi tidak ada yang bisa menarik
perhatiannya. Dia hanya tersenyum dari tempat duduknya dan semuanya hanya
lewat, mungkin karena dia terlalu malu untuk mengatakan sesuatu. Dia hanya
memilih berdiam disampingku, dan memandangiku sesekali. Knott ada disampingku,
duduk bersandar santai di kursinya dan mengeleng-gelengkan kepalanya saat
mendengarkan musik.
“Kita akan membantu Win untuk
mencarikan dia seorang wanitakan.” Knott terlihat senang dengan ini, dan
berbisik padaku. “Maksudnya menjadi penjaga, iakan? Baiklah, aku pikir kita
tidak akan terlihat. Dan bahkan dia membuat kita seperti itu.”
“Siapa yang tahu dia bisa menjadi
sepopuler ini?” Aku bergumam lagi saat aku melihat ada 2 orang wanita yang
datang mencoba mendekati kami. Mereka sangat hebat memainkan mata, sangat
cantik, dan sangat besar. Keduanya mengkedipkan mata pada Win seperti dia
adalah permen terakhir yang ada di sebuah toples permen.
“Hi,P’Per.” Salah satu darinya yang
berambut coklat dengan rambutnya yang diikat seperti ekor kuda pony menyapaku,
matanya terpaku pada wajah Win saat dia menjilat bibirnya. “Bisa kau
perkenalkan kami dengan temanmu ini?”
Aku bisa melihatnya mendekati Win
dan berusaha menggenggam lengannya bermaksud untuk mengenalkan dirinya. Sebelum
dia bisa meraihnya, aku berjalan kedepan Win. Mendapat harapan kosong dia
mencemberutkan bibirnya, dan tidak lama, dia kembali tersenyum kepadaku. Target
baru ditemukan, target selanjutnya siap di …. Aku tidak bisa begitu
membantu karena aku begitu menganggap kalau ini adalah sebuah hiburan yang
menyenangkannya. “Hi, Cherry.” Aku juga melambaikan tanganku yang satunya
kepada wanita yang berada disampingnya. “Hi, Ann. Kalian berdua terlihat begitu
cantik malam ini.”
“Bukankah kami selalu seperti ini?”
Ann, berbicara dengan nada tingginya. Sambil mengelus rambut lembutnya ia berkata
“P’Per, siapa temanmu itu?”
“Ini temanku, Knott.” Ku tarik tangan Knott dan mendorongnya ke arah mereka, menambah
sebuah tembok untuk menghalangi Win. Win tidak akan bisa menangani mereka
berdua. Aku menatap Knott dan dia juga menatapku kembali dan mengangguk
kepadaku, memberi kode kalau dia mengerti maksud dari perbuatanku. “Hei, Knott.
Ini Nong Cherry dan Nong Ann.”
“Uhm, Hi P’Knott.” Mereka menjawab
bersamaan dengan senyuman seksi mereka. Syukurlah kalau Knott memili tampang yang
lumayan, cukup untuk menarik perhatian mereka.
“Halo.” Sambil
mengelus matanya, Knott menggenggam tangannya sendiri seperti JYJ’s Song, Bak
Seat, mulai dimainkan. “Apa kau mau menari denganku?”
Nong Ann dengan senang hati
mengambil umpannya dan langsung pergi bersama temanku. Satu sudah kalah;
tinggal satu lagi. Ini benar-benar tidak seperti yang aku banyangkan kalau dia
tidak bisa menarik perhatian kedua wanita ini. Nong Cherry menyelit dari
samping tubuhkan dan mencoba mendekat kepada Win. “P’Per kau masih belum
mengenalkanku pada temanmu yang satu ini.”
“Ini P’Win.” Aku menjawabnya dengan
sebuah helaan nafas, karena ini tidak bisa dielakkan lagi. “Win, ini Nong Cherry.
Dia bersekolah di asrama wanita.”
Mereka saling menyapa, Win semakin
menjadi canggung lalu wanita itu dengan cepat menyambar lengan bawah Win. Dia
memberiku tatapan panik dan ini akan menjadi sulit jika tidak ada yang
melepaskannya dari genggaman Cherry, tapi ini bukan orang lain. Inilah Winnie.
Dia sudah cukup mendapat hal buruk dalam hidupnya dan dia tidak butuh hal
menyeramkan seperti ini. Aku mencoba untuk mengorbankan diriku, suara kucing
terdengar di Handphone Cherry. Ringtone macam apa itu?? Setelah percakapan
yang cukup berat Cherry, setelah itu dia mematikan handphonenya dengan cepat
dia berjalan menuju ke arah Ann dan menariknya keluar dari restoran tanpa satu
patah katapun. Rupanya, ada yang lupa dengan rencananya dengan orangtua mereka
untuk pergi.
Aku dan Win saling menatap, lalu
kami tertawa terbahak-bahak.
Aku merasa lega setelah
itu terjadi, tetapi semakin banyak wanita yang datang mendekati kami. Tapi aku
bersyukur karena kebanyakan wanita yang datang adalah wanita yang baik dan
ramah. Karena ada sebuah pesta yang diadakan di tengah-tengah restoran, semua
orang berhamburan dari tempat duduknya.
Aku berdiri disampingnya, aku
merasa semakin tidak dibutuhkan saat Win mulai merasa rileks. Dengan kemanisan
wajahnya, wanita disini secara natural tertarik ke arahnya. Aku menarik
diriku dari Win, dan bersandar didinding, melihat Win menebarkan pesonanya dan
itu membuat aku merasa gelisah. Tawa mereka lama-kemalamaan membuat aku merasa
risih.
“Bro, ada apa? Kau akan membuat
semua wanita disini ketakutan dengan wajah cemberut.” Knott langsung memukul
kepalaku.
“Tidak.” Aku berdiri tegak dan
melihat keadaan sekitar. “Aku akan pergi dulu, tolong perhatikan keadaan
sekitar.”
“Kau meninggalkanku dengan Priamu
di dalam keramaian seperti ini?” Knott mengkomplainku.
“Dia bisa menanganinya tenang
saja.” Aku menatap kearah Win, dia tidak menyadari kepergianku. Wanita yang
berada didekatnya membuat ia tidak menyadari keadaanku. “Aku tidak diperlukan
disini. Lagi pula kau ada disini.” Sambil menepuk bahunya, aku mengkedipkan
mataku padanya dan langsung pergi. Di sisi lain dari panggung, aku melewati
seorang gadis yang cantik hanya berdiri sendirian di sana. Aku langsung
tersenyum manis padanya saat dia menatapku.
“Permisi. Apa kau tidak keberatan
kalau aku bergabung?” Dia hanya diam saja, dia terlihat bingung karena
kedatanganku yang tiba-tiba. “Gadis cantik sepertimu tidak seharusnya berdiri
sendirian disini. Kau tidak akan tau jika ada pria yang akan berbuat jahat
padamu. Apa kau mau aku temani? Aku Per.”
“Masalah?” Dia melihat
kesekelilingnya dengan hati-hati dan dia belihat beberapa pria di sekitarnya. Ketika
mereka melambaikan tangan kepadanya dengan segera ia berbalik ke arahku lagi.
Setelah dia menatapku dan melihat sedikit ke arah bahunya, dia memberikanku
senyuman bodoh. Itu kunilai lebih mirip seperti seorang setan kecil, tapi itu
tidak masalah. “Salam kenal. Namaku Rose.”
“Nama yang bagus. Itu cocok padamu.”
Ku tarik sebuah kursi yang ada disampingku. “Keberatan jika aku duduk disini.” Dia
mengangguk padaku jadi aku duduk disampingnya dan mulai berbicara. Saat
berbicara aku baru mengadari kalau kami seumuran dan dia adalah seorang murid
di sekolah internasional. Pembicaraan
kami menjadi semakin menarik saat kami saling berbagi cerita tentang sekolah
kami dan itu membuat kami tertawa kecil. Kami melanjutkan pembicaraan kami
dengan game siapa yang punya gosip terbaik. Dan kami mulai duduk lebih dekat
agar bisa saling mendengarkan dengan baik.
“Apa kau serius?” Dia terlihat
terkejut.
“Itulah yang mereka katakan. Ada
banyak sekali video tentang seorang wanita yang berkencan dengan banyak pria
dari sekolahku. Aku merasa kasihan dengan pria yang pernah berkencan dengannya.”
Ia menganggukkan kelapanya, dan meminim minumannya. “Jadi, bisakah kau membuat
itu menjadi berita terpoluler?”
“Mungkin. Bagaimana kalau tentang
cinta segitiga disekolahku?” Aku beruhasa untuk memberinya rumor terbaik jadi
aku mulai dari klubku. Ada sesuatu yang berbeda terjadi diantara teman-temanku.
“Tidakkah kau bilang kau dari
Friday, semuanya priakan?”
“Ya.” Matanya mulai menyipit
mendengar perkataanku. “Jika ada seorang wanita diantara mereka, aku pikir kau
seharusnya menyebut itu cinta pentagon.”
“Wow. Aku pikir kau akan menang
dengan yang satu ini.”
Sebuah tangan besar tiba-tiba
menghempas meja diantara kami dan aku beranjak dari mejaku. Mataku tertuju pada
tangan yang besar itu dan tangan itu benar-benar lebih besar dari miliku. Lalu
tangan yang sama mendorongku menjauh dari Rose, dan hampir saja mendorongku
jatuh kelantai.
“Apa yang kau perbuat dengan
pacarku?” Dia meneriaku dengan nada baritonenya.
“Kami hanya berbicara.” Sambil
mengapai tangan pria itu, Rose mencoba untuk menenangkannya. “Dia hanya mencoba
untuk menemaniku ketika aku sedang menunggumu dan kau terlambat..”
“Dia itu suka padamu.” Gorilla itu
mulai berteriak padaku. “Biar kupukul dia.”
“Tenang bro. Kami hanya berbicara.”
Aku berbicara sambil mengangkat tanganku, tapi dia tetap saja bersikeras untuk
menyalahkanku.
“Sialkau. Aku tau apa yang aku
lihat.” Dengan mudah dia melepaskan genggaman Rose dan mulai mendekatiku.
Sambil menurunkan tanganku, Aku mencoba untuk menjauh, bersiap untuk berlari.
“Per…” Win dengan cepat memanggilku
dan dengan lembut memeluk tanganku. “Bisa kita pulang sekarang? Aku lelah.”
Dan sekejap itu membuat dia menjadi
tenang dan mulai menurunkan tangannya. Ini membutuhkan waktu untuk membuat
mereka mengerti apa maksud Win, dan Win sangat hebat dalam berakting.
“Oh, maafkan aku. Aku tidak tau kau
sedang ada urusan.”
“Jangan khawatir Winnie. Kita bisa
pulang sekarang kalau kau mau.” Jika kami melakukan ini mungkin ini bisa
membuat dia berhenti, dan aku berharap tidak ada satupun yang melihat dan
memperhatikan kami. “Apa kau tidak keberatan jika aku pergi? Aku harus
mengantarnya pulang.”
“Tidak, tidak. Kau boleh pergi.
Maaf aku sudah salahpaham. Aku tidak mengira kau sudah memiliki seseorang.” Win
tersenyum padanya dan aku bisa melihat pria itu tertegun. Kekuatan dari wajah
manisnya Win bisa mempengaruhi pria dan wanita tanpa pengecualian. Aku mencoba
untuk menahan tawaku. Pacarnya Rose terlihat bingung dan menggosok-gosok
kepalanya. “Terima kasih kau sudah menjaga pacarku saat aku datang terlambat.”
“Terserah.” Sungguh tidak ada ada
lagi yang bisa aku lakukan dengannya, ku tarik Win dan pergi. “Sungguh
menyenangkan berbicara padamu. Semoga kita bertemu lagi. Selamat malam.”
“Aku juga senang. Malam, Per.”
Sambil tertawa, Rose melambaikan tangan ke Win. Aku tidak tau apa dia itu
menyukai kami atau suka dengan percintaan pria atau apapun itu aku tidak
peduli. Saat kami sudah diliuar, aku bisa melihat Knott mengikuti kami dari
belakang dan tertawa. Dia melihat apa yang kami lakukan dan aku tidak mau
mendengarkan komentar darinya.
“Pria itu benar-benar besar. Untung
saja pacarpriamu menjemputmu, Romeo, atau tidak kau akan hilang dan tak
tersisa.” Sambil tertawa dia pergi masuk ketaksi meninggal kami berdua. “Sampai
bertemu di sekolah. Hati-hati dijalan saat kau mengantar istrimu.”
“Apa kita harus naik taksi juga?”
Win bertanya padaku.
“Kita jalan dulu.”
Win berjalan mengikutiku tanpa
protes dan tidak berbicara sama sekali, hanya menatap setiap langkahku. Dan itu
membuatku membayangkan banyak hal.
“Kau benar-benar menghancurkan
reputasiku.” Kata-kata kasar keluar begitu saja dari mulutku bersamaan dengan
kebodohanku. Reputasi apa? Aku seharusnya sadar kalau dia sudah menolongku. Aku
akan habis jika dia tidak datang menolongku. Tapi aku sudah mengatakan
semuanya, dan aku tidak bisa menariknya kembali.
“Maaf, aku tidak tau apa lagi yang
harus aku lakukan saat itu. Aku tidak bisa membiarkan dia menyakitimu.” Mata
Win menggelap dan dia ketakutan, tiba-tiba aku merasakan getaran dari tangan
kami yang masih saling berpegangan, dan aku baru sadar kalau kami masih saling
berpegangan tangan. Aku menyadari keadaain ini bisa membuatku untuk mendekapnya
lebih dekat dan ku peluk dia, ku usap kepalanya dengan tanganku.
“Tidak, Winnie. Aku minta maaf.
Tidak seharusnya aku berkata seperti itu.”
Sambil menepuk kepalanya, aku merasa tenang. “Terima kasih sudah
menyelamatkanku.”
“Apa gunanya teman?” Dia
mendorongku dan memberiku senyuman hangat.
Teman. Sesungguhnya aku tidak tau
apa yang harus aku lakukan jika tidak ada Win di dalam hidupku dan aku tidak
mau mencari tahu. Dia bukan hanya sekedar temanku. Dialah teman baikku, dialah
orang yang bsia kupercaya, dia dalah bagian dalam duniaku.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa memberi komentar, like dan subcribe.
Evansawadee
Evansawadee
No comments:
Post a Comment